Friday, July 25, 2008

Menikmati Tembang Jawa

Memasuki hari ketiga latihan, kami makin menemukan irama kebersamaan. Apalagi, ada beberapa selipan yang membuat saya makin nyaman menikmati penampilan opera musikal. Pada pembukaan, Wahyu membuka persembahan dengan membawakan tembang (pangkur) Jawa, yang kata mahasiswa PhD Teknik Industri ini, bercerita tentang agama dan pengetahuan. Selebihnya, saya tak bertanya lebih terperinci arti perkata dari tembang ini, tetapi selalu saja memejamkan mata ketika lamat-lamat saya menikmatinya dari jarak yang cukup jauh. Nuansa magis tiba-tiba menyemburat bersama angin malam.

Tanah Air Beta, lagu kebangsaan, yang dinyanyikan bersama juga mendatangkan suasana lain. Kami berempat mencoba untuk menemukan kekompakan, meskipun saya yakin masing-masing mencoba untuk meresapi berdasarkan pengalaman yang mungkin tidak sama. Tetapi, jelas lagu ini mengandaikan tentang tanah air yang dibanggakan, tempat nanti bersemayam dan kedekatan yang dalam untuk merawat dwipantara.

Di sela-sela menyanyi, tiga orang membawakan tiga puisi dengan tiga dialek berbeda, Jawa, Menado dan Madura. Melalui bahasa Indonesia, ketiga daerah ini melebur menjadi satu dalam mengungkapkan perasaan yang paling dalam sebagai anak manusia, meskipun tak harus menghapus kekhasannya masing-masing. Justeru, karena perbedaan inilah kami merangkai kebersamaan. Ia seperti menampilkan ragam warna yang melahirkan pelangi, sehingga setiap orang akan merasa nyaman melihatnya.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...