Kemarin, setelah shalat ashar jamaah dengan isteri, kami menunaikan niat untuk berlari di trek stadion. Sekalian, saya ingin memenuhi janji dengan Fakhrizal untuk bermain pingpong sebagai persiapan mengikuti kejuaraan tenis meja Konsulat Jenderal Republik Indonesia Pulau Pinang. Sesampai di sana, saya melakukan pemanasan dengan berlari mengelilingi lapangan sepak bola sebanyak 5 kali. Ini sudah melebihi dari cukup membuat badan panas.
Kemudian, saya menuju ke gedung olahraga untuk bermain pingpong. Di sana, kami bermain ganda sebanyak dua babak. Terus terang, tenis meja selalu menguras tenaga saya dan menyebabkan saya berkeringat. Untung, saya telah menyediakan air minum sehingga dahaga tak menyiksa. Namun, sayangnya saya tak bisa melanjutkan permainan karena harus berbelanja kebutuhan sehari-hari ke pasar Gelugor. Di sana, kami tidak hanya berbelanja sayur mayur, daging ayam, dan ikan asin, tetapi juga memeriksa tulisan di majalah al-Islam dan Milenia dalam edisi Agustus 2008. Sayang, saya juga belum melihat karangan dimuat di dalam dua majalah di atas.
Kami tidak terlalu lama berada di pasar karena hari sudah beranjak gelap. Lebih-lebih, saya harus mengejar waktu agar bisa bersembahyang jamaah di surau flat. Alhamdulillah, saya mempunyai banyak waktu untuk mandi sehingga tak perlu terburu-buru ke musalla. Seperti biasa, rumah Tuhan itu tidak menarik penghuninya untuk hadir. Shalat Maghrib hanya diikuti tiga orang, saya sendiri dan dua pekerja Pakistan, Ali dan Syahid. Berbeda dengan sehari sebelumnya, surau dipenuhi jamaah karena ada rombongan anggota Tabligh sehingga memenuhi surau hingga baris (saf) kedua. Malah, selepas maghrib, mereka yang terakhir mengetuk pintu rumah untuk mengajak mengikuti shalat Isya bersama di surau. Sebuah usaha mulia untuk memperjuangkan prinsip Islam tanpa pamrih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ruang Baca
Saya meletakkan pesan Pak Musa Asy'arie di loteng, tempat kami menyimpan buku. Berjuang dari Pinggir adalah salah satu karya beliau yan...
- 
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
 - 
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
 - 
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
 
No comments:
Post a Comment