Setelah mencuci piring di dapur, saya pun mandi. Air itu seakan meluruhkan penat yang hinggap setelah tidur dan sebelumnya ke Konsulat Jenderal Republika Indonesia mengikuti peringatan Detik-Detik Proklamasi RI ke-63. Mendung datang, angin tidak lagi kencang. Sore yang nyaman untuk bercengkerama. Bersama isteri, saya menikmati minum sore yang menenangkan.
Secara psikologis, keadaan nyaman dan tenang membuat seseorang mudah memikirkan banyak hal lebih jernih. Di hari kemerdekaan ini, apa yang telah saya lakukan? Apakah hadir dalam upacara kemerdekaan adalah pertanda kecintaan pada tanah air? Ya, pagi buta, saya telah bersiap-siap untuk berangkat ke Wisma Konsulat untuk berpartisipasi dalam upacara. Melawan kantuk adalah ikhtiar kecil menantang hidup. Tidakkah hal sebegini perlu diberi penghargaan? Meskipun semalam tidur tak nyenyak dan tidur pun lewat karena menonton film Sergeant Bilko di TV 3, saya memaksakan diri untuk bangun lebih awal.
Ketika sampai di lokasi, saya menemukan banyak tenaga kerja Indonesia yang telah hadir dan beberapa staf konsulat berdiri di pintu gerbang menanti warga yang akan mengikuti upacara. Dengan jas dan dasi, mereka membagikan kupon makan. Saya pun menyalami mereka dan menuju tempat transit untuk membenahi pakaian karena bertugas membaca Undang-Undang Dasar 1945.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment