Monday, November 17, 2008

Pantai Miami di Malaysia

Kemarin, di Minggu pagi yagn cerah, serombongan mahasiswa Indonesia mengunjungi pantai Miami untuk merayakan perpisahan Dr Jamhir dan Keluarga Pak Suwarno. Dengan menaiki bas (bus) sekolah, kami berangkat dari depan masjid kampus dan kemudian menjemput sebagian yang lain di rumah keluarga dalam kampus. Namun, perjalanan ini terhenti, karena sang supir ngambek. Dia tidak mau mengantarkan kami karena jumlah penumpang melebihi kapasitas. Ya, sebelumnya panitia memberitahu bahwa ada 44 orang yang akan menumpang bis, namun ternyata setiap keluarga kadang membawa dua, tiga sampai empat orang anak. Setelah berunding, akhirnya sebagian dari kami menggunakan mobil Pak Allwar, mahasiswa PhD bidang Kimia, menuju lokasi.

Inilah pengalaman pertama saya ke pantai bernama asing ini, Miami Beach. Sesampai di sana, Pak Warno memimpin membakar sate daging sapi, ayam, sosis dan udang. Sementara anak-anak teman kami berenang dan sebagian orang tua mereka mengawasi sambil turut berendam di pinggir pantai. Ternyata makan sate di pinggir pantai mendatangkan sensasi tersendiri. Tidak hanya mengucah daging empuk ini, kami sering kali bercanda menyempurnakan kebersamaan. Tampak pantai yang mempunyai pasir putih ini dijaga dengan baik, demikian pula fasilitas toilet umum yang bersih, menjadikan rekreasi ini ajang pelepasan suntuk.

Acara ini ditambahi dengan perkenalan masing-masing mahasiswa. Aha, ini semacam acara anak-anak yang acapkali meletupkan tawa. Celetukan di sana-sani disahut dengan kata lucu yang lain. Akhirnya, kami pun menyelesaikan acara perkenalan. Sebuah cerita yang kuat di ingatan.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...