Tuesday, November 18, 2008

Surau Kami Terang Kembali

Dua hari yang lalu saya terkejut karena pagar surat di flat kami tampak terang. Oh, ternyata, tembok itu telah dicat kembali, warna hijau muda. Jika sebelumnya, pengeras suara itu membuat saya tergerak segera turun ke bawah, sekarang, saya lebih merasa nyaman dengan wajah surau yang tidak redup seperti sebelumnya.

Saya sendiri berusaha sekuat tenaga untuk berjamaah di sini, paling tidak shalat Maghrib. Memang tidak banyak yang melakukannya, tetapi ini tidak menyurutkan niat saya untuk memakmurkan tempat ibadah ini. Selain menciptakan hubungan ketetanggan yang akrab, shalat jamaah merupakan sarana mengenal orang lain. Maklum, flat yang dihuni begitu banyak orang ini tidak memungkinkan penghuninya untuk saling berbagi, tanpa adanya sarana yang bisa mewujudkan tali silaturahmi yang intim. Nah, surau inilah yang mampu menciptakan suasana kebersamaan itu.

Zamri adalah salah seorang pengunjung surau yang rajin. Meskipun masih berusia belasan, dia telah berperan besar merawat rumah ibadah ini, dengan sering mengumandangkan azan. Tentu, ini membantu penghuni flat untuk bergegas turun ke lantai bawah. Lain pula dengan Encik Yusuf yang 'mungkin' telah membuat surau ini kelihatan bersih. Bapak yang masih muda inilah yang sering menyuarakan azan di waktu subuh, sehingga membuat tidur nyeyak saya terhenti.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...