Saturday, January 10, 2009

Membaca Yasin bersama Tetangga

Mak Cik Sri, tetangga depan rumah, mengundang kami untuk membaca Yasin pada malam Jumat. Tentu, ini sebuah ajakan yang makin menautkan kami dalam merenda hari-hari. Pertemuan keseharian dalam pertukaran cerita dilengkapi dengan kegiatan yang tidak melulu sesuatu yang sambil lalu, namun juga kerinduan akan yang lain.

Kami membawa surat Yasin yang telah dilengkapi dengan doa di antara baris-baris ayatnya. Kitab ini pun juga merupakan hadiah dari Pak Cik, yang didapat dari Surabaya dan merupakan amalan Mbah Kyai Pesantren Suryalaya, Jawa Barat. Di bahagian belakang, Pak Cik menulis dengan riang bahwa buku ini sebagai hadiah, yang dibubuhi tanggal dan alamat. Tentu penanda ini akan menjadi ingatan panjang hingga ke akhir hayat.

Setelah membaca Yasin, kami beranjak ke surau untuk melaksanakan shalat jamaah Isya. Iman, anak bungsu keluarga yang telah menempati delapan tahun flat tempat kami tinggal, turut menyertai. Kami begitu dekat dengannya karena kehadirannya dalam setiap kesempatan kami berkumpul. Lalu, sekembali dari surau, kami bersama menyantap hidangan, di mana sebelumnya isteri saya juga turut menyumbang semangkok ayam masak sambel yang sedap itu. Ada kenikmatan yang menyerbu ketika saya mengasup perlahan menu malam itu. Bukan hanya tentang lezatnya makanan, tetapi juga kebersamaan dengan sebuah keluarga yang telah menjadi bagian hidup kami. Orang tua itu betul-betul melengkapi hidup kami, karena keikhlasannya berbagi bagaimana nanti mengurus bayi. Bahkan, tidak hanya itu, kami menerima pelajaran bagaimana mengurus hidup.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...