Semalam, jamaah Tabligh mengunjungi surau tempat kami tinggal. Mereka adalah kelompok lain yang tak pernah mengunjungi rumah ibadah berwarna hijau itu. Sesudah Isya', salah seorang dari mereka menyampaikan ceramah tentang pentingnya berjamaah. Dengan meyakinkan, dia mengurai betapa jamaah yang hadir pada malam itu adalah tamu istimewa karena mau menghadiri undangan Tuhan. Ya, azan yang dilaungkan itu adalah undangan Allah terhadap penghuni flat. Tambahnya, betapa banyak penghuni flat, tetapi hanya segelintir yang mau mendengar dan memenuhinya. Namun, dia menegaskan, kita tak perlu merasa telah mendapat jaminan surga. Tak perlu mendabik dada bahwa kehadiran di rumah Tuhan sebagai penanda terbaik.
Selain itu, orang tua itu mengajak jamaah untuk tidak putus asa mengajak warga lain agar merawat surau. Tambahnya, "Kita harus meneladani Nabi Muhammad, yang tak pernah marah jika ditampik masyarakat, malah perlakuan tak senonoh tidak menyebabkan Nabi mundur". Di akhir perjumpaan itu, mereka berjanji akan menyambangi surau kami pada hari Rabu yang akan datang. Saya juga berbunga karena surau itu tak lagi sepi. Lebih dari itu, beberapa anak dan remaja yang tinggal di flat turut meramaikan shalat malam. Zaini, Adam, dan Marzuq adalah anak muda yang diharapkan tak bosan untuk menjadi surau itu rumah kedua mereka.
Sebelumnya, saya juga telah diceritakan tentang sejarah surau yang hanya dinamai Bukit Gambir, nama flat kami. Pak Cik bercerita siapa yang memperbaiki pagar besi yang rusak, siapa yang menyumbang untuk membeli cat agar temboknya terang dan termasuk konflik yang pernah mendera berkaitan dengan pelbagai pemahaman. Untuk yang terakhir, saya tidak akan menambah bensin. Biarlah perbedaan itu disimpan rapi di hati mereka, tak perlu dijaja untuk menunjukkan eksistensi. Perjuangan yang lebih besar adalah bagaimana mengajak sebanyak mungkin penghuni mendatangi rumah Tuhan. Tentu kita tak perlu mengusik seberapa dekat setiap individu dengan Tuhannya karena ini masalah pribadi. Kita hanya ingin mengais kebersamaan agar tumbuh di antara sesama warga blok 330 melalui shalat jamaah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment