Semalam, saya muntah. Mungkin masuk angin. Betapa tak mengenakkan didera keadaan sebegini. Belum lagi, sakit kepala yang mendera, sehingga membaca pun sepertinya menambah beban, bukan menyenangkan. Malah, bacaan ringan, semisal koran, tak mampu membuat saya mengelak dari rasa kesakitan. Tidur di malam itu pun tak juga membantu saya melupakan sejenak, seakan-akan saya berada antara sadar dan tidak.
Dalam keadaan seperti ini, betapa banyak waktu yang saya reguk dalam keadaan sehat begitu berharga acapkali terlupakan. Celakanya di kala dalam keadaan bugar, saya kadang alpa untuk menikmatinya, padahal dalam keadaan sakit sering menyembul bahwa nanti jika sakit ini lenyap saya akan berbakti untuk kehidupan.
Katanya sakit bisa dilawan. Saya lalu menentangnya dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Memang tidak senikmat ketika dalam keadaan segar, namun membiarkkan tubuh ini tergeletak malah saya semakin merasa tersiksa. Saya tetap meminjam buku, tiga malah, untuk obat malam ini. Lagi-lagi, berpikir dalam keadaan tak sehat, lelah itu bertambah-tambah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bahasa Jawa
Dengan belajar bahasa Jawa, Zumi merawat akarnya sebagai keturunan Kebumen. Sayangnya, ia masih enggan untuk menggunakan bahasa Jawa, meskip...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...
-
Pikiran Rakyat , 11 Maret 2010 Oleh Ahmad Sahidah Polisi berhasil menembak mati teroris. Selayaknya, keberhasilan ini patut mendapatkan peng...
No comments:
Post a Comment