Beberapa hari terakhir ini, surau kami diriuhkan oleh celotehan beberapa anak. Suasana seperti ini mengingatkan saya waktu kecil, ketika kami berada di surau atau di masjid kampung. Mungkinkah kehadiran mereka karena pengaruh wejangan anggota Jamaah Tabligh seminggu yang lalu? Saya belum bertanya pada mereka. Sayangnya, kelompok jemaah tabligh tak datang lagi semalam. Tentu, mereka sedang menyapa umat di tempat lain.
Sebelumnya surau itu tidak hanya dihadiri oleh orang dewasa. Hampir tidak ada suara ramai, tapi sekarang anak-anak itu meramaikan dengan percakapan, baik di depan pintu, tempat wudhu dan ketika pulang selepas shalat berjamaah. Sedapat mungkin saya mengenal satu per satu nama mereka, agar gagasan untuk mengadakan pengajian al-Qur'an lebih mudah diwujudkan.
Keinginan kami agar para remaja juga turut menyemarakkan surau itu diwujudkan dengan pemberian kepercayaan pada salah seorang dari mereka untuk menjadi imam. Ya, kami bergiliran untuk mengimami shalat, kadang pekerja dari luar, penduduk lokal tanpa harus direpotkan dengan jadual. Sejauh ini, surau telah menjadi oase bagi penghuni flat untuk tidak terkurung di rumah masing-masing, yang memang tidak ada balkon.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment