Tuesday, June 02, 2009

Kapan Jakarta Mempunyai Monorail


Kita berdebat tentang banyak hal, tetapi tak berbuat apa pun untuk mewujudkanya, termasuk monorail yang terbengkalai hingga kini. Di Kuala Lumpur, saya menggunakan angkutan publik ini dan merasa bahwa di sana penguasa tak perlu mengumbar kata untuk menawan hati warganya. Anda percaya? Silahkan datang. Di sini, kita menemukan ruang yang bersahabat bagi siapa saja yang ingin merasakan malam. Pejalan kali juga mendapatkan ruang yang cukup untuk memanjakan diri dengan jalan yang lapang, meskipun dipenuhi banyak orang.

Herannya, Jusuf Kalla, calon presiden itu, menjadikan isu monorail alat untuk menyerang Boediono, yang calon wakil presiden itu. Heran! Lalu, apa yang dia kerjakan selama menjadi wakil presiden berkaitan dengan kepentingan khalayak? Seharusnya dia bisa mengurus kepentingan publik secara bersama, bukan menunjuk jari kambing hitam. Malah, Bus way yang diharapkan untuk memberi kenyamanan, nasibnya setali tiga uang. Lama menunggu, berdesakan dan tak nyaman. SBY juga tak menunjukkan kerja yang cemerlang, hanya sering mamatut diri di cermin, sudah keren apa belum. Megawati tak menunjukkan seorang pemimpin yang bisa menjelaskan apa yang dia akan lakukan kecuali sering mengangkat tangan sambil memekik Merdeka! di hadapan pendukungnya. Lalu, Masihkan para calon presiden itu percaya diri untuk menjadi pemimpin kita? Saya sendiri meragukannya.

Busway yang tak terurus, monorail yang terbengkalai serta pedestrian yang tak cukup membuat Jakarta tak nyaman bagi warganya. Jika 'halaman' rumah pemimpin itu semrawut, maka tidak heran jika kita tidak yakin bahwa mereka bisa mengurus Indonesia yang luas. Ayo, mulai dari rumah kalian yang centang perenang itu, agar pidato yang berapi-api itu tidak berbuah omong kosong.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...