Sumber: Kedaulatan Rakyat, 27 Agustus 2009 Iklan bertajuk Jalan-jalan ke Yogyakarta hampir setiap hari mengisi celah (slot) acara berita Bulletin Utama TV 3, Malaysia. Malah, kadang juga muncul pada program lain, seperti Wanita Hari Ini. Sebelumnya, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjual Jakarta dalam rangka Visit Indonesia 2009, lalu pesona kota Budaya ini hadir dihadapkan penonton Malaysia. Malioboro, Batik Plentungan, Ambarrukmo Plaza, SPA hotel, dan Pasar Beringharjo menjadi situs yang ditawarkan. Bahkan, artis yang menjadi ikon iklan, Adibah Nor, juga turut menjual Borobudur, meski disebut sebagai situs wisata dari Jawa Tengah. Cara cerdik untuk menambah daya tarik.
Tulisan wartawan Utusan Malaysia (15/8/09) yang ngepos di Jakarta Borhan Samah, tentang penandatanganan kerja sama Malaysia dan Indonesia di Yogyakarta pada 8 Agustus 2009, yang menyatakan persetujuan untuk mempromosikan paket wisata baru, Paket Pariwisata Warisan United Nations Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO) adalah kabar menggembirakan. Tidak hanya memuat tentang soal jalan-jalan tetapi juga pengakuan kuli tinta tersebut terhadap kedudukan ekonomi Indonesia yang lebih baik karena menunjukkan pertumbuhan positif, dibandingkan dengan negara tetangganya yang minus. Malah dengan tegas, dia menerangkan bahwa Indonesia adalah pemain penting di kawasan Asia Tenggara dalam usaha keluar dari krisis. Paket wisata diatas mengambil konsep 1, 2, 3 yaitu satu tujuan, dua buah negara dan tiga tempat tujuan wisata akan mempromosikan Borobudur di Yogyakarta dan dua lokasi warisan UNESCO yaitu Pulau Pinang dan Melaka di Malaysia. Tentu dengan paket ini Yogyakarta akan menuai limpahan turis dari dua daerah wisata terkenal Malaysia. Melaka sebagai bekas ‘peradaban Portugis dan Penang sebagai situs warisan Inggris. Kebetulan pada yang terakhir saya telah mengunjungi tempat-tempat yang dimaksud dan perhatian pihak terkait cukup besar untuk merenovasi dan memperbaiki pelayanan dan fasilitas publik. Pemerintah mengucurkan dana berlimpah untuk membuat warisan itu tampak cantik dan layak dinikmati.
Mungkin, peluang di atas tidak akan bisa dimanfaatkan secara maksimal jika fasilitas publik yang lain tak dipikirkan. Contohnya, pembenahan fasilitas pintu masuk, bandara. Pengalaman saya menggunakan pesawat Air Asia dari Kuala Lumpur-Yogyakarta patut mendapat perhatian pengelola bandara Adisucipto. Bagaimanapun, bandara adalah pintu masuk yang bisa dijadikan awal yang manis bagi setiap pengunjung suatu daerah. Sebagaimana diketahui, maskapai Air Asia menggunakan bandara sendiri, Low Cost Carrier Terminal (LCCT) Kuala Lumpur International Airport, namun fasilitas yang ada di dalamnya cukup memuaskan. Toilet luas dan selalu bersih karena petugas kebersihan selalu siap siaga.
Ketika itu, empat orang turis Malaysia dan satu Amerika sepakat untuk patungan taksi. Akhirnya mereka dapat angkutan jenis Kijang yang akan mengantarkan mereka ke Malioboro, meski bukan taksi resmi. Berbeda dengan bandara negara bagian Penang, Malaysia, tempat saya tinggal, kita hanya perlu ke konter untuk membeli tiket taksi sesuai tujuan. Lalu, hanya sekian langkah kita menuju angkutan yang dimaksud tanpa harus kasak-kusuk karena terlalu banyak sopir taksi gelap. Situasi seperti ini akan mengganggu kenyamanan. Pihak terkait harus mengambil langkah tegas untuk membuat suasana di pintu depan bandara tertib dan nyaman.
*) Dr Ahmad Sahidah, |
Sunday, September 13, 2009
Menjual Yogya pada Negeri Jiran
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment