Tuesday, April 13, 2010

Citra Luaran

Dalam kotak di atas terdapat beberapa jajanan pasar, kue tradisional, atau apa pun namanya. Ia dibuat dari bahan lokal, seperti pisang, beras ketan, dan gula. Biasanya, kalau kita membeli jajanan seperti ini, penjual hanya membungkusnya dengan plastik, kresek. Namun, setelah memakai kotak yang bagus, nilai jualnya meninggi. Ia bisa hadir di sebuah pertemuan resmi dan tuan rumah tampak lebih percaya diri. Lagi pula, air kemasan gelas juga disertakan untuk menghemat ruang dan pekerjaan. Petugas hanya sekali singgah di depan meja. Urusan selesai.

Lalu, apa kemudian usai? Tidak. Citra yang ingin ditampilkan itu harus dibayar mahal. Selain mengeluarkan biaya untuk membeli bungkus, kita juga harus menggunakan kertas sekali pakai. Beda misalnya jika kita menggunakan piring untuk wadah kue, kita telah mengurangi penggunaan bungkus dari bubur kayu itu. Apa lacur, kita selalu bergegas, ingin mudah dan tak mau susah. Jadi, kegagalan kita merawat lingkungan hakikatnya kehendak ingin tampil keren. Apa begitu?

Sebelumnya, kami juga mendapatkan perlakuan yang sama. Pihak universitas, tempat silaturahmi berlangsung, juga menyuguhkan hidangan dan menu yang sama. Meski penyedia kue berbeda, namun bungkusnya menunjukkan citra yang sama, elegan. Tampaknya, prilaku untuk membungkus sesuatu itu merupakan tuntutan pasar. Kata ahli pemasaran, bungkus itu penting. Namun jika harus mengorbankan keseimbangan alam, apakah hal ini harus dipertahankan? Tidak.

1 comment:

annaz 安阿兹 said...

Saya suka post ini. Ya..inilah kemodenan dunia sekarang. Segala-galanya nak mudah...nak cantik tanpa mengambil kira kesannya kepada alam. Banyak lagi contoh yang lain, misalnya pek minuman dan makanan - kalau bungkusan kertas masih ok, tapi kebanyakannya dalam bungkusan plastik. Kadang kala rasa bersalah terhadap alam apabila membeli barangan tersebut, tapi terpaksalah juga kerana hanya itu sahaja yang ada.

Suka dengan pendapat mas Ahmad kerana kita punya naluri yang sama. Give me five!

Masjid Sumberanyar

Ketika menunggu anak bergiat di sekolahnya, saya terdengar azan magrib. Serta merta, saya menuju suara ini. Meskipun salah masuk gang, akhir...