Thursday, April 15, 2010

Makam Keramat


TV 3 menyiarkan bentrokan antara masyarakat dan satuan polisi pamong praja, di sana disebut penguat kuasa, karena masing-masing kelompok berebut makam Mbak Priok, yang satu mempertahankan dan yang lain ingin membongkar untuk penataan lahan. Hari ini, hampir semua koran lokal di Malaysia juga menurunkan berita yang sama. Peristiwa tragis yang memalukan. Lalu, apa sebenarnya yang ingin diperebutkan? Kesalehan atau keteraturan?

Pengalaman saya mengunjungi makam keramat Syekh Yusuf Makassar justeru menampilkan suasana yang berbeda. Memang, ada beberapa pengunjung luar yang datang untuk berziarah dan melafazkan doa. Namun, sejumlah anak kecil menjadilan lahan petilasan sang tokoh tidak lagi 'magis' karena dijadikan tempat bermain bola. Malah jalan beraspal di depan makam tergerus oleh air, lobang di mana-mana. Bahkan di ruangan khusus sang pahlawan ditempel gambar tokoh politik lokal. Tak ada yang menyergah agar lokasi itu tak diganggu tangan-tangan yang mempunyai kepentingan duniawi.

Lalu, mengapa makam di Tanjung Priok itu begitu disucikan sehingga begitu banyak warga bertahan untuk menjaga agar tak tergusur? Kehadiran para tokoh agama, pegiat dan warga untuk membaca doa seakan-akan menegaskan betapa pentingnya situs tersebut. Malangnya, gelar al-arif untuk Hasan bin Muhammad al-Hadad tak tecermin dari prilaku warga yang membelanya. Penjarahan dan pengrusakan meruyak untuk menumpahkan kekesalan. Mungkin di alam sana, beliau tak habis pikir mengapa kekerasan meletus di rumahnya yang seharusnya hanya doa-doa dipanjatkan, bukan teriakan yang menyalak.

No comments:

Syawal Ketujuhbelas

Biyya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa novel dari Tante Ana. Dua anak imigran China di Melbourne, Australia hendak menautkan rasa di se...