Saturday, June 19, 2010

Klinik


Kemarin saya pergi ke Klinik, berobat. Namun sebelum dokter menyapa, saya merasa nyaman melihat lingkungan klinik kampus. Sambil menunggu giliran, saya pun membuka buku, kadang berhenti sejenak untuk menikmati gambar abstrak berwarna. Anda mungkin bisa menafsirkan lukisan itu. Tak hanya di dinding itu, beberapa karya serupa menghiasi tembok di lorong menuju apotek. Jadilah, klinik itu tempat yang nyaman bagi pesakit. Demikian pula, di ruang tengah ada sejumlah sofa dan kursi untuk pengunjung.

Ketika mendaftar, saya pun bisa memilih dokter. Dengan nomor giliran di tangan saya akan melalui konter bagian pengukuran tensi, lalu bersiap-siap menemui dokter. Dengan catatan yang diterakan perawat, dokter masih menanyakan hal lain berkait dengan penyakit, lalu memberikan resep. Keramahan dokter ini turut mengurangi rasa sakit. Lalu, beranjak dari ruangan, saya pun bergegas ke apotek untuk mengambil obat. Selalu seperti itu.

Pulang dengan langkah ringan, saya melangkah ke tempat parkir dan menuju ke perpustakaan. Ini bukan klinik, tetapi tempat saya menyembuhkan luka yang lain, kegelisahan menghadapi kerunyaman hidup. Apakan tidak? Berita surat kabar dan televisi tentang kejahatan, kecelakaan dan bencana berhamburan. Namun, saya menghibur diri, siapa pun bisa membantu membuat kehidupan ini lebih baik, dengan sesederhana membuat diri kita sehat walafiat dengan berolahraga, tidak merokok dan menjalin silaturahmi. Semalam saya bertemu warga baru flat yang ditemui ketika pulang dari surau. Kami pun berkenalan dan dia pun menambahkan, saya baru kahwin.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...