Saturday, August 28, 2010

4 Hari


4 hari setelah kejadian penangkapan 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan oleh polisi laut Malaysia, suasana kedua negara serumpun ini tak bergolak. Profesor Malaysia dan ketua Persatuan Pelajar Indonesia se-Malaysia tampak akrab setelah upacara penurunan bendera di Konsulat Jalan Burma. Keduanya tentu tak ingin hubungan dua negara ini terus memanas. Apatah lagi, hampir semua elit kedua negara telah merespons. Bagaimanapun, orang kecil segera menuai nestapa untuk pertama kali. Jika ini dibiarkan, hal yang terburuk akan meluap. Bak kata pepatuh, dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah.

Herannya, hiruk pikuk ini dipicu oleh ulah segelintir orang yang mengatasnamakan Lumbung Informasi Rakyat. Pak Dolok, teman saya, menyebutnya performing arts yang berlebihan. Belum lagi komentator yang bersuara nyaring, sehingga membuat suasana seakan-akan sudah genting. Padahal pemimpin kedua negara berusaha untuk mencegah perseteruan ini berubah anarki. Tanda-tanda mulai bersemai di Indonesia dengan adanya 10 posko pengerahan masyarakat dalam bela negara. Anehnya, mantan KASAL turut mendukung keberadaan posko ini.

Tentu, yang tak bisa dipinggirkan peran Metro TV yang berhasil membangkitkan amarah orang ramai dengan berita-berita provokatif dan sensasional. Kalau mau disimak, headline news televisi swasta milik Surya Paloh cenderung melemahkan SBY. Tak ayal, ini dianggap cara bos Media Indonesia untuk menampilkan citra sebagai tokoh alternatif yang gagah dan berani, paling tidak seperti Soekarno. Tapi, gaya retorika Pak Karno dan Pak Surya jauh berbeda. Yang pertama bisa membakar dan yang terakhir tak begitu meyakinkan.

No comments:

Puasa [17]

  Berhenti sejenak untuk membaca koran Jawa Pos , saya tetiba merasa lungkrah. Satpam kampus memutar lagu jiwang, pas Iklim dengan Hanya Sua...