Saturday, September 11, 2010

Lebaran


Setelah shalat, mereka pun menikmati opor dan ketupat. Nikmat memendar ke mana-mana, terlihat dari wajah sumringah. Sebelumnya, mereka harus bersalaman satu sama lain, menandai keikhlasan untuk saling memaafkan, seperti disimbolkan dengan lambang idul fitri di sini, ketupat (berasal dari bahasa Jawa kupat, ngaku lepat). Belum lagi, krupuk udang turut menyempurnakan sarapan di awal bulan Syawal. Makan di keramaian ternyata mengasyikkan.

Mengimbas kembali, pagi-pagi saya, isteri dan anak sudah bangun, satu jam sebelum subuh. Surau di bawah flat pun mengumandangkan azan, namun tak diikuti dengan takbiran. Maklum, kami tinggal di rumah susun yang kebanyakan penghuninya bukan Muslim. Untungnya, radio Kedah FM menyiarkan takbiran sehingga suasana hari raya menyebar di seantero ruangan rumah mungil kami. Kira-kira jam 7, kami pun turun menyambut Pak Allwar dan Ibu Yuni bersama puteri dan puteranya, Salsa dan Azka untuk berangkat bersama ke wisma, Jalan Tunku Abdurrahman.

Sesampainya di rumah konsul, kami pun duduk di tikar yang digelar di halaman. Sambil menunggu jamaah yang lain, kami pun memulai melantunkan takbir, tahmid dan tasbih. Perlahan, banyak warga berdatangan, baik dengan bus, mobil pribadi dan sepeda motor. Setelah satu jam mengagungkan nama Allah, panitia pun mengumumkan shalat id akan segera dimulai. Sayangnya, tanpa saya tahu sebelumnya, sebuah organisasi dan partai politik nyelonong dalam rangkaian acara, berupa penyerahan zakat secara simbolik pada tenaga kerja. Jelas-jelas ini menyalahi kepatutan. Seharusnya mereka tidak melakukan ini di depan jamaah shalat id. Apa lacur, semua telah terjadi. Terus terang, simpati saya pada partai ini tergerus.

2 comments:

kembangceplukan said...

ketupat opornya enak... hehe.. kok saya ga liat pak Ahmad ya???
lho?? penyerahan zakat maren bukan dari FORKOMMI dan kutipan di kilang ya Pak?? ada dari partai juga??? *ga gitu nyimak soalnya*



-maaf lahir batin-

Ahmad Sahidah said...

Seharusnya kita ngobrol ya? Saya kemarin malah ngobrol ama ibu-ibu dari Semarang, yang tinggal di Jeti.

Sepatutnya Forkommi dan Partai Keadilan Sejahtera menyesuaikan dengan keadaan, tidak bisa nyelonong begitu saja di acara bersama.

Apapun, mari kita saling memaafkan untuk membuat hidup ini tertanggungkan.

Nietzsche

Kak, could you draw this picture using paint colors? Saya mengirim pesan pada anak sulung. Ia suka melukis, baik menggunakan pensit warna at...