Friday, September 03, 2010

Ramadhan dan Ingatan


Kemarin, saya melawat bazaar Ramadhan, untuk ke sekian kalinya. Seperti sebelumnya, pemandangan yang sama, orang lalu lalang, penjual aneka ragam makanan dan minuman, dan teriakan sebagian penjual untuk menarik pengunjung: ayam bakar, otak-otak, dan nasi tomato menghiasi sore yang terang itu. Secara tak sengaja saya melewati lapak penjualan buku-buku dan CD musik lama. Langkah terhenti, saya lalu memelototi buku dan CD musik. Karena waktu hampir Maghrib, saya pun tak lama berdiri di situ, dengan segera saya membeli album Wet Wet Wet Picture This (1995). Lagu Julia says dan Love is All Round sangat populer pada tahun itu, masa ketika saya menyelesaikan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Yogyakarta.

Sebenarnya saya sempat ingin membeli drama coretan Oscar Wilde, namun niat urun karena saya harus bergegas dan berharap hari ini akan kembali untuk mengoleksi karya penyair ternama itu. Maklum, suara penyair itu cocok untuk ditempelkan di Facebook dan Twitter. Buku lain yang menjadi incaran adalah Bagaimana Menjadi Orang Tua yang baik. Dengan harga sekitar RM 4 atau RM 5, pengunjung bisa memiliki karya-karya lama yang bermutu. Tak hanya buku, album penyanyi terkenal juga tersedia, seperti Lionel Richie, Ruth Sahanaya dan Kahitna.

Semalam saya tak sempat memutar lagu Wet Wet Wet, baru pagi tadi Julia Says berkumandang lembut melalui piranti Windows Media Player dan speaker mungil. Meski tak semua lagu yang ada di album itu seenak dua lagi yang disebutkan di atas, namun saya tetap menikmati lagu-lagu lain, After Love Goes, Gypsy Girl, dll karena hakikatnya ia pembelajaran bahwa kita tidak akan pernah sepenuhnya menemukan kenikmatan dari seluruh lagu dalam sebuah album, namun menunggu lagu yang disenangi adalah proses meraup kenikmatan yang lebih penuh. Bagaimanapun, menunda itu adalah juga kegembiraan. Bukankah ini juga terjadi pada kita yang menahan diri untuk makan hingga azan Maghrib di bulan ini?

Sup tulang sapi itu memang terasa lebih nikmat di lidah. Demikian pula saya mencicipi agar-agar sedikit demi sedikit agar kelembutan makanan dari sarang walet ini tak cepat hilang. Siapa pun tahu makanan itu hanya memerlukan waktu tak lama, lalu kita akan mengurus keperluan batin, yang diasup melalui cita rasa estetik, termasuk mendengarkan musik Wet Wet Wet.

No comments:

Nietzsche

Kak, could you draw this picture using paint colors? Saya mengirim pesan pada anak sulung. Ia suka melukis, baik menggunakan pensit warna at...