Thursday, November 11, 2010


Kadang hidup tak selalu berjalan seperti yang diinginkan. Niat hati melaju ke kampus, saya tertahan karena langit ambrol. Di bulan November, hujan datang tanpa bisa diramalkan. Saya pun hanya mengail ingatan, apa yang pernah terjadi di sini? Lapangan sepak bola kampus menyeret saya pada pengalaman pertama kali menginjakkan kaki, merasakan keras konblok ketika berlari di pagi hari setelah Subuh, atau sore ketika matahari masih bertengger di atas bukit. Bahkan, saya pernah bermain bola, baik satu lapangan penuh atau hanya separuhnya dengan teman-teman.
Di sini, saya pernah duduk di tribun seraya menonton pertandingan bola. Di lain waktu, saya juga bermain tenis di sebelah kiri lapangan. Setiap kali hujan, saya membayangkan lapangan itu basah dan rumput naik, berwarna hijau segar. Mata pun bugar. Adakah hujan itu ingin memberitahu saya bahwa saya telah lama tak singgah ke sini untuk melemaskan otot dan memeras keringat? Pengalaman yang juga tak dilupakan tentu pertandingan final Nike bawah 15 tahun antara tim Indonesia-Malaysia. Meskipun kalah, saya menemukan semangat para remaja itu. Semoga mereka masih berjalan lurus untuk menjadi pemain handal.
Lalu, setelah hujan berhenti, saya pun bergegas ke kampus. Diiringi rintik, saya menembus jalan yang masih muram. Bau rumput dan pohon menyengat. Alam selalu membuat saya nyaman. Dalam hujan dan panas, pesonanya tak hilang. Hanya saja setelah bumi diterjang panas, hujan yang menderu dan hilang, memercik keindahan tersendiri. Udara lebih bersih dan pandangan mata lebih jernih karena debu tak berkeliaran, beringas.

No comments:

Syawal Keempatbelas

Kami memenuhi undangan tetangga untuk memperingati 100 hari kepergian Pak Muhammad Imam Wahyudi. Sebelumnya kami mendapat surat undangan unt...