Orang tua memang selalu direpotkan tingkah anaknya. Ketika kami merapikan kamar, dengan santai si kecil akan mengacak hingga suasana bilik itu seperti kapal pecah. Sepertinya ia meledek kami, bahwa rumah itu harus meriah, di mana pelbagai benda bertaburan. Malah, dengan tenang, tangan mungilnya menarik apa pun yang digeletakkan di meja. Apa pun yang menarik perhatian dan bisa dijangkau, semua harus digenggam, lalu dibuang. Adakah rasa nyaman hadir dalam keadaan centang-perenang? Mungkin, apabila kita mau melihat itu dari cara si kecil melihat keadaan. Apalagi, dalam sebuah penelitian, anak yang aktif cenderung cerdas.
Kami pun mencoba memahaminya, menerima tingkahnya yang mengusik rasa nyaman. Toh, tak hanya di rumah, kami pun juga dihadapkan dengan cara pandangan lain di luar. Pendek kata, rumah kami adalah tempat paling dekat untuk belajar menerima perbedaan. Tapi, saya pun tak henti-henti mengajarkan si kecil untuk belajar membersihkan rumah dan sering mengajaknya ke tempat sampah, membuang sisa-sisa masakan. Meskipun, dengan senang hati, kami bisa membuangnya melalui jendela, tanpa bersusah payah ke bawah, hanya untuk membuang sampah.
No comments:
Post a Comment