Thursday, November 18, 2010

Merayakan Kurban 1431 H


Kami bangun lebih awal untuk menyambut hari Idul Adha 1431 H. Ia adalah pengorbanan kecil, melawan kantuk dan mandi di pagi hari. Demikian pula, si kecil dibangunkan dengan membuat kebisingan, melakukan ini itu. Aha, akhirnya Nabiyya bangun. Ketika pagi masih muram, kami melaju ke depan masjid untuk menaiki bus. Tak perlu waktu lama, kami pun berangkat ke Jalan Burma. Di tengah jalan, Pak Nuhung, mahasiswa asal Makassar, memimpin bacaan takbir. Tiba-tiba getaran merambat ke seluruh tubuh.

Sesampai di sana, kantor konsulat masih lengang. Pak Chilman, konsul, menyambut warga dengan riang. Kami masih sempat mengambil gambar sebagai kenangan, sebelum beranjak ke tempat shalat Id akan digelar. Secara bergantian, mereka memimpin bacaan takbir, tahlil dan tahmid. Pada pukul 8.15, shalat Id dilakukan dengan diimami oleh Ustaz Yasir, mahasiswa asal Aceh. Lalu, khutbah tentang pengorbanan mengisi udara pagi yang terang. Setelah usai, para jamaah bersalaman dengan melingkar agar satu sama lain bisa berjabat tangan. Tanpa menunggu lama lagi, mereka pun berhamburan ke ruang sebelah kantor imigrasi untuk menikmati ketupat dan rendang.

Di sela-sela makan lontong, saya berjumpa dengan Pak Said, pekerja migran asal Lamongan, yang telah lama bekerja di negeri jiran. Dengan ringan dia bercerita bahwa pekerjaan itu memerlukan kegiatan lain untuk membuat hidup lebih tentram. Oleh karena itu, dia masih menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian keagamaan. Beberapa hari sebelumnya, bersama mahasiswa asal Indonesia, dia bertandang ke Kulim Kedah untuk mengaji bersama para buruh. Sebelum mengakhiri pertemuan, kami pun bertukar nomor telepon.

2 comments:

kembangceplukan said...

maaf... tidak menyapa Pak Ahmad. sebenarnya saya ada di dalam surau saat Nabiyyah masuk ke surau itu..

insyaallah lain waktu bisa berbagi cerita.

Ahmad Sahidah said...

Nggak apa-apa, Mbak?

Kadang meski begitu dekat, banyak orang tidak sempat menyapa. Waktu masih panjang untuk memungkinkan kita bersua. Semoga.

Falsafah Ta'wil

Sepulang sekolah, saya mengajak Biyya ke JNE untuk mengirim sebuah buku pada pembeli. Peminat memberitahu saya melalui media sosial. Karya i...