Tuesday, December 28, 2010

Membaui Rumput

Empat orang bertopeng itu bukan ninja, tetapi pekeja pemotong rumput. Ketika mesin mereka bergerak, bau rumput segar menyeruak. Saya merasa kesegaran menyerbu hidung. Bau rumput mengeluarkan aroma alam. Selain itu, kawasan kampus makin berseri karena pemandangan indah dan semak tak marak. Mungkin mudah melakukan ini semua, tetapi hakikatnya ia mengandaikan hierarki dan pengurusan (manajemen).

Namun sebagaimana di tempat lain, pembangunan tak pernah usai. Pagar seng biru membuat keadaan tampak centang-perenang. Di tempat lain, banyak jalan beraspal di kampus tak rata karena baru digali dan menimbulkan warna hitam pekat, tak serasi dengan warna jalan semula. Oleh karena itu, dosen arsitektur kampus, Syed Talhah mengkritik penggalian jalan untuk keperluan penanaman kabel baru karena membuat jalan tak elok dipandang mata. Apa boleh buat, perkembangan teknologi menuntut penghuni untuk menyesuaikan diri.

Demikian pula, penambahan gedung baru makin membuat kampus sesak. Ruang publik makin terdesak. Mungin penambahan pohon bisa dilakukan untuk memanfaatkan ruang agar hijau. Sebagaimana dalam hitungan ahli ruang bahwa manusia memerlukan pohon untuk bernapas lega. Untuk menyiasati ini, beberapa sudut kampus pun dihijaukan dengan rumput dan pohon, sehingga penghuninya tak merasa berada di hutan batu.

No comments:

Syawalan Kesepuluh

Senarai keinginan ditunjukkan di X agar warga yang membaca bisa menanggapi. Maklum, buku ini tergolong baru di rak buku Periplus mal Galaxi....