Tuesday, February 08, 2011

Nomor 16

Kami mengajak si kecil ke lapangan kampus. Mungkin, ia tak bisa memahami sepenuhnya mengapa 22 orang saling memperebutkan bola, lalu mengopernya lagi. Kami hanya ingin ia merasakan ruang lapang, hijau rerumputan dan semangat kesukanan. Di lapangan inilah, saya pernah mengocek bola, menonton pertandingan persahabatan dan mereguk udara lebih banyak karena langit menggantung dan menghembuskan napas.

Nomor 16 di kaos itu adalah tanggal lahir si kecil. Sebenarnya, saya juga memesan kaos dengan namanya dan bernomor 1, tetapi ukurannya cocok untuk sang ibu. Kaos dan nomor adalah penanda tentang kehendak kebersamaan dan pembedaan sekaligus. Meskipun kami berkaos merah yang sama, namun nomor yang ditempelkan dibedakan agar mudah untuk mengenal si pemakai. Hidup juga begitu, kita hakikatnya bersama-sama mewujudkan mimpi, namun perannya tak sama.

Malah, sebagaimana pertandingan persahabatan di atas, pekerja bersama mahasiswa Indonesia dan staf Universitas Sains Malaysia mungkin setengah mati untuk mengalahkan satu sama lain, namun dalam kehidupan nyata, musuh abadi itu bersemayam di dada kita. Wasitnya yang memimpin pertandingan adalah staf kampus, yang kami saling mengenal secara rupa sebab seringkali terserempak di stadion ketika kami sama-sama berlari di trek.

No comments:

Layangan

Kemarin, Zumi bilang, ia lupa mengucapkan hari ayah. Tetapi, dulu ia pernah menuliskan pesan dengan bantuan kakak.  Apa yang membuat ayah da...