Saturday, March 12, 2011

Ruang Kita


Asbak besar ini diambil pada tanggal 10 Maret 2011 di ruang depan bandara internasional Juanda Surabaya. Benda ini ditemukan di banyak tempat orang ramai duduk di kursi putih terbuat dari besi. Tentu dengan penghargaan sebagai lapangan terbang terbersih di Indonesia, pihak Angkasapura perlu meletakkan tempat pembuangan abu dan puntung rokok. Sementara, di warung dan kafe sekitarnya, pemilik hanya meletakkan asbak kecil. Kita akan melihat pemandangan begitu banyak orang mengepulkan asap tembakau.

Lalu, apakah bersih itu melulu tentang ketiadaan sampah? Tidak juga. Bersih juga merupakan keadaan lingkungan yang tidak dikepung polusi udara. Untuk itu, ke depan, pihak pengelola bandara harus membatasi ruang kita itu agar tidak semua tempat bisa dijadikan arena perokok menghembuskan asap. Sebagai orang yang pernah merokok, saya merasa tidak nyaman dengan asap yang berhamburan di warung LA di pintu kedatangan dalam negeri. Apatah lagi, yang tak terbiasa dengan asap, mereka akan merasa tersiksa dengan udara yang pengap.

Lambat laun, jika kehendak untuk menertibkan perokok terus dilakukan, kebiasaan untuk menghormati hak orang liang menghisap udara segar akan terpenuhi. Pembatasan ini sekaligus mengajarkan siapa pun untuk tidak dengan mudah mengangkangi hak-hak orang lain yang lain.

No comments:

Falsafah Ta'wil

Sepulang sekolah, saya mengajak Biyya ke JNE untuk mengirim sebuah buku pada pembeli. Peminat memberitahu saya melalui media sosial. Karya i...