Setiba di kampus dalam taman, saya mengambil kunci kamar dan Mas Hilal sekaligus meminta saya untuk menyampaikan ceramah dalam pengajian tersebut. Saya pun mengangguk perlahan, meskipun tanpa harus menjadi penceramah, kami akan tetap hadir. Selain jarak tempatnya tak sampai sepeminuman teh (gaya bahasa Bastian Tito, sebagaimana diulas oleh Gus Mushthafa), kami menyukai pengajian ini karena ia adalah ruang pertemuan jiwa, raga dan senyuman.
Saya pun membicarakan topik Agama Membebaskan Manusia, dengan menekankan pada pemerhatian kekuatan umat, yaitu kuat secara fisik, ekonomi, dan politik. Yang terakhir, hakikatnya bukan dalam pengertian sempit, partai politik, tetapi kehendak untuk membuat politik di negeri Republik sehat walafiat. Kalau umat tak sakit-sakitan, mempunyai daya beli yang wajar dan tak tersandera oleh politikus jahat, maka kehidupan mereka tentu jauh lebih sejahtera.
No comments:
Post a Comment