Friday, September 05, 2014

TKI dan Kemandirian

Pulang di luar waktu arus utama, seperti mudik sebelum Lebaran, adalah pilihan. Memang, kepulangan ini tak seseronok di hari-hari menjelang Idul Fitri. Ketika banyak kaki perantau beranjak ke kampung halaman, kami memilih berada di negeri jiran.

Namun, makna mudik di mana-mana sama: membuhul ikatan dengan keluarga asal. Ceritanya sama saja. Setiap orang akan mengungkapkan kerinduan dan mencoba mengais memori masa kecil yang tergerus oleh kemajuan pembangunan kampung halaman. Tanda-tanda berupa bangunan, jalan, sawah dan sungai telah banyak berubah.

Lalu, apa yang menjadi salah satu pengalaman mengetuk pikiran? Seperangkat mainan memasak. Puteri saya selalu menagih mainan ini sejak di Sumenep. Meskipun di sana, ia telah mendapatkannya, namun Neneknya membelikannya di pasar Sleman. Saya menyangka buatan Cina, seperti biasa. Namun, cooking set, kata yang sering keluar dari bibir si sulung, dibuat di Indonesia (Made in Indonesia). Mudik kali ini berarti karena kita bisa membuat barang sendiri. Kalau peluang pekerjaan di tanah air tersedia, buruh migran akan berkurang. Bukan begitu?

No comments:

Puasa [17]

  Berhenti sejenak untuk membaca koran Jawa Pos , saya tetiba merasa lungkrah. Satpam kampus memutar lagu jiwang, pas Iklim dengan Hanya Sua...