Saturday, June 10, 2017

Ramadan di Bukit Kachi [14]

Di hari Jum'at, kami ingin tinggal di rumah saja. Tapi, saya terpaksa pergi ke kota untuk membeli obat flu dan multivitamin untuk kakak di apotik. Dengan mengajak Zumi, saya mengajaknya ke tukang cukur dan sekaligus berharap si kecil mau memotong rambutnya melalui tangan terampil pencukur. Untuk ke sekian kalinya, ia pun menolak. Hanya sekali ia bersedia untuk duduk manis di kursi yang saya duduki ini.

Tukang cukurnya berasal dari India. Di sini, saya menikmati percakapan mereka dan lagu-lagu Tamil. Kebetulan saya juga berjumpa dengan Dr Isyam, kawan sefakultas yang juga memangkas rambut. Hanya perlu 3-5 menit, rambut saya sudah tampak rapi. Lalu, saya menyodor satu lembar 10 ringgit dan menerima kembalian 3 ringgit.

Kepala terasa ringan. Dengan berambut pendek, saya tampak tidak awutan-awutan. Yang tersisa, kapan si kecil mau dirapikan rambutnya. Sang ibu melakukannya dengan gunting dengan penuh perjuangan. Kami sedang merencankan untuk membeli gunting mesin seperti yang dimiliki oleh kedai cukur ini. 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...