Satu hari sebelum lomba ini digelar, kami menerima tawaran dari seorang mahasiswi yang meminta Biyya mengikuti pertandingan mewarnai. Ketika itu, kami sedang makan malam di kantin kampus.
Kegiatan di atas adalah sebagian dari karnaval kewirausahaan mahasiswa BPME 2013. Dengan mantap, pelajar tersebut menjelaskan program di atas. Saya dan Ibunya tak terburu-buru menerima, mengingat Biyya pernah kecewa karena tidak mendapat juara pada acara serupa.
Padahal, dalam rekam jejaknya, ia pernah mendapat tempat dan gagal untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Beruntung, Al-Isbah, kawannya dari Pakistan menghibur dan kami membawanya ke toko buku Popular untuk mengobati kekesalannya. Untuk kali ini, kami bersikap datar. Pada pagi hari, ia bangun dan segera bersiap untuk ke ajang lomba. Di sana, ia bertemu dengan teman adik kelas di UUM IS, yang berasal dari Timur Tengah. Tidak lama kemudian, banyak teman dari satu sekolah yang turut meramaikan program tersebut, seperti Dave asal Filipina. Malah, Zumi sempat bermain mobil-mobilan dengan Raja, anak Pak Donny. Akhirnya, kegiatan ini menjadi pertemuan banyak orang.
Sebelum berangkat, kami mengingatkan bahwa ini sekadar hiburan dan bersenang-senang. Sayapun bergembira karena ia bisa berbagi cerita dengan temannya. Tak hanya itu, kakak Zumi ini mengikutinya dengan tenang dan tak tergesa-gesa, seperti pengalaman lomba yang ketiga dulu. Seeloknya, murid tahun keempat ini menikmati proses pewarnaan dan tak memburu kemenangan semata-mata. Pada gilirannya, ia bisa belajar setiap mata pelajaran dengan keriangan, meskipun pernah menulis membenci matematika. Menariknya, semua peserta mendapatkan hadiah. Apapun, lomba ini bukan saja mewarnai kertas, tetapi juga kehidupan.
Kegiatan di atas adalah sebagian dari karnaval kewirausahaan mahasiswa BPME 2013. Dengan mantap, pelajar tersebut menjelaskan program di atas. Saya dan Ibunya tak terburu-buru menerima, mengingat Biyya pernah kecewa karena tidak mendapat juara pada acara serupa.
Padahal, dalam rekam jejaknya, ia pernah mendapat tempat dan gagal untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Beruntung, Al-Isbah, kawannya dari Pakistan menghibur dan kami membawanya ke toko buku Popular untuk mengobati kekesalannya. Untuk kali ini, kami bersikap datar. Pada pagi hari, ia bangun dan segera bersiap untuk ke ajang lomba. Di sana, ia bertemu dengan teman adik kelas di UUM IS, yang berasal dari Timur Tengah. Tidak lama kemudian, banyak teman dari satu sekolah yang turut meramaikan program tersebut, seperti Dave asal Filipina. Malah, Zumi sempat bermain mobil-mobilan dengan Raja, anak Pak Donny. Akhirnya, kegiatan ini menjadi pertemuan banyak orang.
Sebelum berangkat, kami mengingatkan bahwa ini sekadar hiburan dan bersenang-senang. Sayapun bergembira karena ia bisa berbagi cerita dengan temannya. Tak hanya itu, kakak Zumi ini mengikutinya dengan tenang dan tak tergesa-gesa, seperti pengalaman lomba yang ketiga dulu. Seeloknya, murid tahun keempat ini menikmati proses pewarnaan dan tak memburu kemenangan semata-mata. Pada gilirannya, ia bisa belajar setiap mata pelajaran dengan keriangan, meskipun pernah menulis membenci matematika. Menariknya, semua peserta mendapatkan hadiah. Apapun, lomba ini bukan saja mewarnai kertas, tetapi juga kehidupan.
No comments:
Post a Comment