Saya menikmati ceramah Pak Kiai M Musleh Adnan melalui radio Bayu Gita FM. Jika doa orang saleh pasti (dalam bahasa Madura=pasteh) diterima oleh Allah, maka pernyataan ini sejalan dengan konsep etika dari Mu'tazilah tentang wajibnya Tuhan membalas amal baik.
Tetapi Pak Kiai tentu tidak akan membawa persoalan perbedaan aliran teologis ke khalayak, karena kebutuhan masyarakat awam dalam beragama adalah kebersahajaan dan kepastian. Berbeda misalnya tatkala kami membedah buku Mas Aksin Wijaya berjudul "Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislam Menurut Alqur'an" terbitan Diva Press di UIN KHAS Jember. Setiap yang hadir dalam acara ini bisa menyatakan pandangannya tanpa harus terbebani untuk sama tanpa mengabaikan permufakatan, yang mungkin lebih banyak dalam hal lain.
Pendek kata, setiap orang mencapai pemahaman secara berbeda, tetapi "tindakan" yang dilakukan mungkin sama. Ketika saya dan Zumi bersembahyang besama di masjid dekat rumah, masing-masing yang hadir di sana memiliki pemahaman yang tidak sama. Bagi saya, pertemuan bersemuka itu menaikkan level oxytoxin yang berfungsi untuk mengurangi rasa cemas. Soal keikhlasan berpulang pada Tuhan.
No comments:
Post a Comment