Ketika membahas buku Mas Aksin Wijaya, Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislam Menurut Alqur'an, kami membawa pikiran sendiri-sendiri. Bila tafsir maqashidi secara teologis lebih dekat pandangan Maturidiyah, saya melihatnya prinsip-prinsip utama itu lebih sejalan dengan Mu'tazilah.
Tetapi, perbicangan ini hanya berhenti di ruangan Gedung Kuliah Utama UIN KHAS Jember. Mungkin, kita perlu membawakan pemikiran keagamaan ke khalayak dengan meminjam gaya dan langgam Kiai Sattar, Bondowoso, yang membawakan pesan keagamaan dengan riang dan renyah. Apakan tidak, pagi ini melalui siaran radio Bayu Gita FM sang kiai mengulas pola pengasuhan anak seraya mendendangkan lagu Keramat Bang Haji.
Pendek kata, kita mesti memikirkan agar pesan-pesan etis itu bisa disampaikan kepada lebih banyak orang tanpa membuat mereka mengernyitkan dahi.
No comments:
Post a Comment