Saya menikmati minuman ini untuk pertama kali di ruangan Universitas Nahdaltul Ulama Indonesia, Jakarta. Sebelum acara bedah buku, Mas Ngatawi Al-Zastrow menyuguhkan wedang uwuh pada para tamu.
Kemarin, di pasaraya Trans Mart Jember, saya membeli untuk kembali merasakan kayu secang, jahe, cengkeh, dan gula batu. Melihat produk rumahan di sini kita seakan-akan menemukan harta karun karena sepanjang mata melihat, begitu banyak barang dihasilkan oleh pabrikan.
Di sore tatkala matahari bersinar hangat, saya menyeruputnya di teras sambil mendengarkan lagu dangdut melalui radio Krisna FM Lumajang. Dengan membaca Travels with Epicurus: Meditations from a Greek Island on the Pleasures of Old Age, dunia dilipat sedemikian rupa. Batas-batas luruh karena kita tidak lagi terbelenggu oleh satu kekuatan dominan, seakan-akan semuanya berjalan secara harmonis. Istri turut merasakan rasa penuh warna dari wedang ini.
Setiap bab dari buku ini dimulai dari sebuah kutipan seorang filsuf. Bab enam yang membahas tentang Stoicisme dan Masa Tua dibuka dengan perkataan Seneca bahwa obat terbaik dari kemarahan itu adalah penundaan. Ya, di tengah tekanan dari banyak hal dalam kesehariaan, emosi kadang mudah meledak. Dengan menundanya untuk tidak meluahkan menjadi amarah kita telah mengobatinya.
No comments:
Post a Comment