Apa yang akan terjadi
setelah manusia memenuhi kebutuhan dan meraih kebahagiaan? Kematian. Tidak ada
yang lebih pasti dari perjalanan manusia selain berakhirnya napas untuk menuju
ke alam keabadian. Berita lelayu, bahasa Jawa, selalu mendatangkan sayu.
Lagu Rhoma Irama berjudul Sebujur Bangkai melukiskan dengan puitis tentang
hilangnya nyawa dari badan. Tiba-tiba, seorang manusia tidak lebih dari seonggok
daging. Semua yang menempel padi dirinya, seperti pangkat, kedudukan, dan
jabatan, lucut tanpa ampun.
Bagi saya, syiir (syair)
kematian Kiai Aminullah Murad sangat menggetarkan. Baris-baris kata dalam
bahasa Madura untuk pertama kali didengar tatkala bermain di sawah dulu di
waktu kecil. Sayup-sayup kala itu, syiir ini diputar oleh warga yang saya tidak
tahu siapakah gerangan. Sekarang, syiir ini bisa dinikmati di kanal Youtube
dengan klip video suasana pemandian jenazah, pemanduan, dan penguburan seorang
jenazah. Drama kematian ini begitu mencekam.
Dalam agama, kematian
dianggap sebagai wewenang Tuhan. Tidak ada kekuatan apa pun yang bisa
menghalangi kehendak mutlak dari penguasa kehidupan ini. Namun demikian, ini
bukan akhir perjalanan dari seorang manusia, tetapi jeda untuk menempuh
keabadian. Ia akan memasuki alam akhirat, yang di sini akan menerima balasan
dari apa yang dilakukan di dunia. Bagi Immanuel Kant, kehidupan akhirat adalah
alasan bagi rasionalitas dari etika, yakni setiap perbuatan baik akan berbuah
balasan.
(Sumber: Koran Kabar Madura, 24 Agustus 2022).
No comments:
Post a Comment