Wednesday, November 09, 2022

Oxytoxyn

Candi itu berdiri tegak. Kini, tidak ada lagi penganutnya yang beribadah di situ. Tak jauh dari warisan sejarah ini, sebuah masjid berdiri gagah. Saya tidak pasti bila penganutnya tidak memakmurkan salat berjemaah, ia akan mengalami nasib serupa dengan tempat ibadah yang lain. Ia akan menjadi tujuan wisata di lain waktu.
Ternyata, tidak hanya di Jawa, di Kelantan, banyak masjid hanya dihadiri oleh orang-orang tua dan segelintir pula di waktu subuh. Saya berpandangan bersembahyang bersama itu tidak wajib. Orang yang melakukannya tidak dianggap lebih saleh dibandingkan dengan mereka yang menunaikannya di rumah.
Setidaknya, dengan bersemuka dengan orang lain di musala, level oxytoxyn naik, zat kimiawi yang membuat kita tidak cemas. Biarlah pahala dicatat oleh malaikat. Kita harus mengurus apa yang bisa dilakukan secara bersahaja, bertemu manusia tanpa dibelenggu oleh telepon genggam.

Sejauh ini, saya tidak pernah melihat kebersamaan di kampung yang tidak steril dari penggunaan gawai, kecuali pas mendaras kitab suci di yasinan. Selebihnya, di mana pun kita akan melihat banyak orang sebentar-bentar membuka HP, seakan-akan ia (mungkin saya) orang penting yang tak henti-hentinya dihubungi oleh banyak orang.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...