Thursday, December 22, 2022

Belajar

Saya dan Anda mungkin punya pikiran yang berbeda dengan orang kebanyakan di sekitarnya. Apa perlu dilontarkan? Pastikan situasi sebab takut disalahpahami.
Tadi, guyon sama Pak Tir. Wah, rajin subuhan di masjid? Mau nyaleg tah? Begitulah kalau kaca mata dirinya dipakai untuk menilai orang lain, tukas dekan Soshum tersebut. Kami sering bertukar humor sebab berada pada frekuensi yang sama.
Kita pun tahu bahwa kita tidak bisa berkelakar pada setiap orang. Lagi-lagi, khawatir ia dianggap menyerang atau menyinyir. Padahal, setiap orang hidup dengan benaknya. Ia melihat liyan dengan kepalanya. Pendek kata, siapa pun bertarung dengan dirinya sendiri.
Tetapi, ada orang yang sudah selesai dengan dirinya, seperti A R Fakhruddin dan Gus Dur. Tidak pelak, keduanya hidup dengan utuh, tidak mengada-ada. Dengan contoh ini, kita punya cermin.

Kami berdua akan terus belajar tentang diri, keluarga, orang lain dan masyarakat. Semakin lama, semakin mengerti.

 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...