Kata Levitin, di era kebenaran dan kepalsuan tumpang tindih, kita perlu pemikiran kritis. Ia tidak berarti kita meremehkan segalanya, tetapi mencoba untuk membedakan klaim yang disertai bukti atau tidak. Adalah mudah bagi partisan untuk berbohong dengan statistik dan grafik karena mereka tahu bahwa kebanyakan orang berpikir bahwa perlu banyak waktu untuk melihat di bawah tenda (baca: melihat sesuatu lebih dekat bagaimana sesuatu itu bekerja).
Apa betul Anwar Ibrahim seorang reformis? Apakah Anda yakin Anies Baswedan politikus identitas? Tidakkah kita percaya pada Joko Widodo sebagai sosok sederhana?
Saya percaya Hamka adalah penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah, bukan bumi, burung, dan banteng. Kepercayaan itu lahir dari bukti.
No comments:
Post a Comment