Buku ini merupakan bahan literasi membaca teks di kelas suka rela mahasiswa.
Satu kata "akhirat" melahirkan karya yang "tebal". Ini bermakna kajian kitab suci tak hanya soal "mitos", tetapi juga semantik, sebab kedalaman pengetahuan tidak didangkalkan oleh prasangka.
Lebih jauh, lema ini telah merembesi kesadaran orang Madura tentang hidup sesudah mati. Jika demikian, apakah sains akan turut bersaing untuk memperebutkan tempat agar premisnya tentang kematian dipahami dan dihayati oleh manusia?
Sains tidak bisa mengklaim satu-satunya jalan pengetahuan. Ia adalah tradisi dgn segala pernak-perniknya. Kenyataan itu bisa dibangun dalam metasistem yang menggerakkan manusia menjalani hidup dan meraih makna.
Lalu, bagaimama bila pemuja sains menemukan kesentosaan tatkala melihat bintang dengan teleskop? Itu berarti batu-batu telah diberi "erti". Eh, apa ini berhala?
No comments:
Post a Comment