Pada hari Sabtu 15 Juli 2023, seusai salat magrib, kami,
warga kampung, memenuhi undangan Amirulin Najah dan Fitrotul Faizah. Keduanya
menggelar tasyakuran kelahiran putranya, Muhammad Salman Nabilul Fikri. Selain membaca
selawatan dan mengaminkan doa, kami menyimak tausiyah Kiai Imdad Robbani tentang
pentingnya warisan selamatan dalam mengukuhkan nilai-nilai kenabian dan
kemasyarakatan.
Sang kiai menegaskan bahwa kehadiran teknologi telah
semakin membuat manusia terasing satu sama lain. Dulu, teman-temannya bisa ngobrol 3 jam dengan menyenangkan. Kini,
gawai telah merampas kehangatan hubungan dan cenderung menyuburkan
individualisme. Tentu, renungan ini dihadirkan untuk kembali mengingat hakikat
manusia sebagai makhluk sosial. Setidaknya, syukuran ini merupakan momen untuk
menelandankan nabi, bukan sekadar membaca dibaan, dan mempererat hubungan
kemanusiaan.
Kata syukur sendiri memiliki arti penting karena lema
ini menunjukkan rasa terima kasih pada Tuhan dan manusia. Malah, kekafiran itu
pertama kali dikaitkan dengan sikap orang yang tidak berterima kasih. Betapa
penghargaan atas apa yang telah kita terima menunjukkan sikap penting untuk
tidak mengingkari sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Tanda
syukur pada Tuhan diwujudkan dengan pelbagai ibadah.
No comments:
Post a Comment