Melihat dari dekat, kita bisa melihat bahwa kegiatan ini terkait dengan ibadah dan tarbiyah, pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai, seperti kepatuhan, kedisiplinan, dan kesyukuran. Dalam ide Sartrean, jam salat itu adalah waktu obyektif, yang ditentukan dari luar diri manusia. Namun, secara subyektif, individu bisa memberikan makna yang menjadi penyangga eksistensi seseorang.
Meninggalkan sejenak rutinitas, dari pelajaran dan aktivitas lain, akan menuntun mereka untuk belajar tepekur dan tenang. Lebih jauh, mereka akan senantiasa mendalami makna ini dengan mengikuti pengajian tasawuf, agar ibadah bukan sekadar memenuhi kewajiban, tetapi juga jalan menunju ketenangan.
No comments:
Post a Comment