Kami dan BEM se-Probolinggo akan membicarakan buku ini di perpustakaan daerah. Di tengah sinisme pada apatisme mahasiswa pada aktivisme, buku in hendak menyodorkan cerita sebaliknya.
Berbeda dengan Arie Sujito yang menganggap pengarang telah mati, saya justru hadir ingin mendengar sendiri bagaimana Khalid Boyan menghidupkan tulisannya dalam pertunjukan wicara nanti.
Setelah pulang pada diri masing-masing, setiap individu seeloknya bergerak untuk memiliki makna bersama. Bila tidak, kepahaman hanya sekadar igauan.
No comments:
Post a Comment