Saya pun menyodorkan kutipan kalimat pertama dalam bab kedua yang menyitir ucapan Nietzsche, "Saya ingin hidup di antara Muslim untuk waktu lama, khususnya di mana iman mereka adalah paling taat: dengan cara ini saya berharap untuk mengasah penilaian dan mata saya untuk semua yang berbau Eropa".
Ketika liyan memandang kita dengan penuh simpati, tentu kita juga akan memeriksa apa respons sarjana Muslim terhadap dunia pemikiran yang juga diungkapkan dalam karya ini. Iqbal, Rahman, Arkoun, dan Bamyeh, Mawdudi hadir untuk menimbang ajaran dari dua sudut pandang, historis dan transhistoris.
Di luar kegiatan ini, saya senang karena persatuan alumni dan komunitas Maos Bumi menyuburkan literasi di tengah kegetiran banyak orang terhadap disrupsi teknologi yang menjadikan jalan tidak lempang pada percakapan sungguh-sungguh tentang wacana keagamaan. Betapa kegiatan tersebut menyemangati kami karena mendengar dari kaum muda tentang apa yang terjadi hari ini. Setidaknya, dengan pilihan kata cengkerama, percakapan filsafat dan kajian keislaman bisa menyenangkan peserta.
No comments:
Post a Comment