Bersama TKI, kami pergi pada dini hari ke bandara ketika Anda tidur atau menonton laga bola Inggeris lawan Belgia. Penerbangan pagi bukan pilihan banyak orang.
Sebagian buruh dari Madura tak bisa melakukan "check in" melalui kiosk meskipun mereka akrab dgn telepon pintar. Pekerja tangguh di negeri jiran, yang bekerja di ketinggian tanpa ketakutan, membantu negara ini dgn pulangan (remitansi) yang merupakan lima pendapatan terbesar negara. Tapi, mereka tak digelari karpet merah dan disambut dgn meriah.
Setiap orang merawat hidupnya. Sebagaimana supir taksi, Pak Agus, mengantar kami pada pukul dua pagi dari penginapan. Keramahan dan kesabarannya mengajarkan kami bahwa kita memilih cara hidup dan memeliharanya dgn seluruh. Ihwal jargon bela ini demi itu, biarlah dilaungkan di atas panggung politik.
No comments:
Post a Comment