Kami menunggu anak belajar di prasekolah tak jauh dari warung ini. Dari kedai seperti tampak dalam foto, saya dapat ilham menganggit kolom bahasa. Kak, ada sedutan (sedotan)? Apa? Oh, straw? Ia baru paham.
Sama dengan mahasiswa tatkala saya tanya perenggan? Mereka tak tahu. Baru mengerti setelah saya sebut padanannya, yakni paragraf atau alinea. Mengapa justru serapan luar diingat, tidak dalam?
Bila akar bahasa kita adalah Melayu, dan diperkaya dengan bahasa daerah, maka kita percaya diri untuk menggunakannya. Jika tidak, Anda tetap orang Indonesia, kecuali Anda tak bayar pajak. Keluar! Kata Diajeng Sri Mulyani.
No comments:
Post a Comment