Ungkapan "ومن لا يصفى قلبه لا تصح طاعته" secara harfiah berarti: "Barang siapa yang hatinya tidak bersih, maka ketaatannya tidak sah."Maksud dari ungkapan di atas adalah hati yang bersih (صفى) merupakan prasyarat untuk ibadah atau ketaatan yang benar. Ibadah yang dilakukan dengan hati (قلب) yang dipenuhi kebencian, iri, atau niat yang tidak tulus (رياء atau سمعة) tidak akan diterima oleh Allah.
Ungkapan ini juga mengingatkan pentingnya penyucian jiwa (تزكية النفس), agar setiap amal yang dilakukan berasal dari niat yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk Allah.
Ungkapan ini sering dikaitkan dengan prinsip dalam tasawuf atau etika Islam yang menekankan pentingnya kebersihan hati dalam beribadah. Pada hari Sabtu dan Ahad kemarin, Kiai Imdad juga membahas ikhlas yang diulas oleh Ghazali dalam Minhajul 'Abidin.
Dalam religi Tokugawa, pemuka agama mereka menjadikan menyapu halaman sebagai ritual. Setiap mengayunkan sapu, mereka sekaligus membersihkan hatinya dari hasad, iri, dan dengki.
Dengan menjadikan motto, tujuan mondok adalah mengaji dan membina akhlaqul karimah sebagai komitmen santri, kita akan melihat mereka rajin mengaji dan membersihkan halaman, baik denotatif maupun konotatif.
No comments:
Post a Comment