Sebagai Gusdurian, saya selari (Baca: sejalan) dengan beberapa pikiran Mas Ulil Abshar Abdalla. Hanya lulusan LIPIA ini lebih bernyali dalam mengemukakan gagasan di ruang publik.
Selain itu, jika sarjana tersohor ini memakai blangkon, saya memilih songkok putih. Bila penggagas Islam liberal yang dimaksud merasa nyaman dengan bacaan Alqur'an berlanggam Jawa, saya berseronok dengan gaya Alkhusary, qari' asal Mesir.
Mungkin, Kato perlu menambah catatan tambahan tentang "titik balik" pemikir tersebut setelah memilih medium Facebook untuk memberi pengajian kitab "Ihya" dan "Bidayah" pada khalayak. Diksinya kaya. Uraiannya bernuansa.
Menariknya, orang Jepang ini turut menyorot tokoh lain yang berseberangan. Di sini, pembaca diuji bagaimana memahami kaum garis keras yang sering menerabas. Tak perlu gusar, mereka juga mempunyai "batas".
1 comment:
Ini adalah komentar Mas Ulil: Yg menarik dlm foto di atas adalah mobil dan sosok galak di samping buku itu. Apakah ini pasemon bhw ada yg bertindak sebagai pemikir yg berlari kencang (mobil) dan ada yg bertindak sebagai pengontrol kekencangan mobil? Keseimbangan antara tradisi dan kemoderenan?
😀😀😀
Post a Comment