Dengan rebusan ubi jalar dan teh panas, saya melanjutkan membaca Black Swannya Nassim Nicholas Taleb. Pada bab 1 saya membaca kisah penulis, meskipun ini bukan autobiografi sebagaimana dinyatakan oleh Nassim.
Filsafat cenderung abstrak. Ia tidak praktis (hlm. xxxiii). Mungkin, ia tampak terbaca dalam fase modern. Menurut saya, pada era klasik justru ia mengulas apa yang membuat hidup ini tentram. Kita memiliki teman ngobrol di kebun seraya menikmati kudapan.
Apa pun, hakikatnya kita menjalani apa yang dikerjakan pada waktu, tempat dan cara tertentu. Bila hadir sepenuhnya, kita akan hadir secara utuh. Sayangnya, dalam melakukannya kita seringkali teralihkan pada hal lain, seperti media sosial yang menggiring kita ke sana kemari tanpa jelas juntrungannya.
No comments:
Post a Comment