Nabi Muhammad, Buddha, dan Isa menjalankan prinsip "filsafat" dalam kehidupannya sehari-hari. Dari sini, kehadiran falsafah tidak hanya menyodorkan pemikiran abstrak, tetapi mewujudkannya secara konkret. Setelah melewati kesenangan, seseorang akan merawat tujuan hidupnya yang jauh lebih sublim, tidak bergantung sesuatu di laur dirinya. Anda bisa mempraktikannya dengan bersiap ke surau dan berjalan hanya dengan memakai baju dan tidak membawa benda apa pun, seperti dompet, telepon pintar, dan lain-lain. Anda cukup membawa dirinya.
Kita tidak lagi memeriksa sumber untuk memastikan justifikasi sebuah tindakan. Bila Anda menemukan sosok yang bersahaja ia telah selesai hidupnya. Tetapi, bial ada orang yang masih bersolek dan memasang pernak-pernik untuk menaikkan derajat dirinya, ia mungkin sedang berada di fase pertama dari eksistensi manusia.
Namun demikian, saya melihat perbedaan itu adalah mozaik. Sejak dulu, manusia melakoni hidup dengan cara berbeda untuk bahagia. Lagi-lagi ia tidak sesederhana menunjukkan buku dan kopi di beranda media sosial, sebab semuanya itu harus dibeli. Tentu, keduanya seringkali hadir dalam sunyi.
No comments:
Post a Comment