During the hey-day of his fame and glory, Imam Ghazzali gave up his literary pursuits, and the job of Qadi. Adopting the ways of Sufis he wandered alone in forests (hlm. 4).
Tentu, kita tak perlu meninggalkan kesarjanaan dan kedudukan kita, tetapi menjadikannya jalan untuk meraih kesucian hati. Kebersihan tidak bisa diuji dengan menyendiri di hutan. Tetapi, bila Anda ingin lari dari kekotoran, mungkin sejenak menyepi dan kembali pada kehidupan normal dengan segala kedangkalan dan kepalsuan. Bukankan keaslian dan kedalaman itu akan tampak?

No comments:
Post a Comment