Wednesday, August 03, 2005

cerita pendek

Pagi ini, saya membaca cerpen pedih, yang sengaja diselingi lagu sedih pula. Lengkap sudah. Hidup dan keperitan sebagai dua keping mata uang logam, tak terpisahkan. Lalu, aku menafsirkan pedih sebagai harus, agar bahagia menjadi asa, atau kenapa kesedihan itu tidak dilihat sebagai kebahagiaan dalam bentuk lain?
Kadang Andaian dan anggapan membantu kita mengatasi ketakmengertian mengapa kita diberikan dua pilihan perih dan kegembiraan? Mengerti itu adalah memahami dengan akalbudi. Kenapa kita tidak merasakan saja? Hidup adalah istana tempat kita mengurai kenangan.

1 comment:

annaz 安阿兹 said...

Berkata2 seribu kali adalah lebih mudah daripada melakukan. Di kala diburu kesedihan, kekecewaan mahupun kegagalan dll, akal sedar kita tahu bahawa itulah realiti yang harus kita tempuhi. Namun sebagai manusia biasa, kita tidak dapat lari daripada menafikan suara hati kita. Suara yang terperangkap jauh di dasar hati, yang sentiasa bergelora di dalam.

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...