Pagi ini, saya membaca cerpen pedih, yang sengaja diselingi lagu sedih pula. Lengkap sudah. Hidup dan keperitan sebagai dua keping mata uang logam, tak terpisahkan. Lalu, aku menafsirkan pedih sebagai harus, agar bahagia menjadi asa, atau kenapa kesedihan itu tidak dilihat sebagai kebahagiaan dalam bentuk lain?
Kadang Andaian dan anggapan membantu kita mengatasi ketakmengertian mengapa kita diberikan dua pilihan perih dan kegembiraan? Mengerti itu adalah memahami dengan akalbudi. Kenapa kita tidak merasakan saja? Hidup adalah istana tempat kita mengurai kenangan.
Wednesday, August 03, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kajian Kitab Tingkat Lanjut
Paling kiri adalah Pak Ainol Yaqin. Bersama Pak Moh Jasri Ahyak beliau menghidupi kajian kitab kuning bulanan, Lailiyyah Syahriyyah di Pondo...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
1 comment:
Berkata2 seribu kali adalah lebih mudah daripada melakukan. Di kala diburu kesedihan, kekecewaan mahupun kegagalan dll, akal sedar kita tahu bahawa itulah realiti yang harus kita tempuhi. Namun sebagai manusia biasa, kita tidak dapat lari daripada menafikan suara hati kita. Suara yang terperangkap jauh di dasar hati, yang sentiasa bergelora di dalam.
Post a Comment