Intan bertanya, kenapa saya selalu ingin bening dan sepertinya emoh untuk keruh. Tidak! Biarlah bening itu menjadi mimpi saya dalam percakapan, tulisan dan angan.
Padahal, dalam keseharian saya selalu digelayuti oleh ketidakjernihan. Mungkin, karena realiti berada jauh di dasar, sehingga susah untuk mengailnya. Bahkan, mengejanya saja terpatah-patah.
Lalu, apa yang membuat aku hidup? Harap, meskipun cemas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Syawal Keenambelas
Bersama TKI, kami pergi pada dini hari ke bandara ketika Anda tidur atau menonton laga bola Inggeris lwn Belgia. Sebagian buruh dari Madura...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Dulu tatkala membaca karya Louis Dupre, saya menekuri teks berupa anggitan huruf-huruf di atas kertas. Penulis "Religious Mystery and...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Sang imam, Ust...
No comments:
Post a Comment