Intan bertanya, kenapa saya selalu ingin bening dan sepertinya emoh untuk keruh. Tidak! Biarlah bening itu menjadi mimpi saya dalam percakapan, tulisan dan angan.
Padahal, dalam keseharian saya selalu digelayuti oleh ketidakjernihan. Mungkin, karena realiti berada jauh di dasar, sehingga susah untuk mengailnya. Bahkan, mengejanya saja terpatah-patah.
Lalu, apa yang membuat aku hidup? Harap, meskipun cemas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Radio, Kopi, dan Ibn Khaldun
Ronald Reagen pernah mengutip Ibn Khaldun tentang pajak. Betapa ide penulis Muqaddimah mengalir hingga jauh. Menariknya, mantan presiden Ame...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
No comments:
Post a Comment