Pagi disambut hujan, tubuh malas beranjak dari tempat tidur. Tapi, karena ada janji untuk mengisi 'test' untuk tesis teman, saya berangkat diiringi gerimis. Sebenarnya, saya menyukai suasana mendung karena bumi tampak ramah dan tidak garang jika matahari menyorot terik.
Paling tidak, pertemuan dengan teman-teman dari Indonesia selalu mencairkan kebekuan karena kelucuan tumpah ruah, tak bisa dibendung. Kebetulan di sana, saya bertemua mahasiswa dari Palestina. Percakapan pun mengalir yang mendekatkan kami sebagai saudara rantau. Kemasgulannya terhadap bangsanya yang teraniaya, tapi tidak bisa melepaskan dari cengkeraman Israel menyisakan tanda tanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Radio, Kopi, dan Ibn Khaldun
Ronald Reagen pernah mengutip Ibn Khaldun tentang pajak. Betapa ide penulis Muqaddimah mengalir hingga jauh. Menariknya, mantan presiden Ame...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
No comments:
Post a Comment