Kemarin keluarga Yogya mengirim kabar tentang gempa yang meluluhlantakkan sebagian daerah dan meninggalkan korban masih pada angka ratusan.
Sebagai warga kota Pelajar sejak 1992, saya merasakan kehadiran kota ini hingga ke sumsum. Tiba-tiba, sekarang ia harus menanggung bencana yang dahsyat. Kemanakah mereka berteduh?
Membaca berita dari surat kabar Malaysia Utusan telah cukup untuk menyadarkan kami tentang penderitaan yang akan diusung.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Syawal Keempatbelas
Kami memenuhi undangan tetangga untuk memperingati 100 hari kepergian Pak Muhammad Imam Wahyudi. Sebelumnya kami mendapat surat undangan unt...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Dulu tatkala membaca karya Louis Dupre, saya menekuri teks berupa anggitan huruf-huruf di atas kertas. Penulis "Religious Mystery and...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Sang imam, Ust...
No comments:
Post a Comment